Surat untuk sahabat
Dear Carisa....
Aku tak tau harus menulis apa, kau tau kan aku tidak pernah menulis surat sepanjang hidupku? dan entah kenapa kamu memintaku melakukannya untukmu. aku tak pandai berkata-kata, jadi maafkan aku ya kalau surat yang kutulis ini tidak sesuai dengan keinginanmu.
Risa, kamu sedang apa sekarang? mmm... pertanyaan bodoh ya? yang pasti dirumahmu sekarang sedang sibuk-sibuknya menyiapkan segalanya untuk pesta besok. dan aku tau, kamu tak mungkin ikut dalam kesibukan itu. karena aku tau pasti, apa yang kamu rasakan saat ini. hapus airmatamu risa, lupakan kesedihan itu dan mari kita tersenyum mengenang masa-masa indah yang telah kita lalui bersama.
Kamu ingat tidak, bukit belakang Villa Nirwana ? tempat pertama kali aku melihat ada gadis cengeng yang hobinya melamun sambil menangis. waktu itu aku begitu heran, setiap kali aku lewat bukit itu selalu saja aku melihat gadis itu tengah duduk sendirian sambil melamun. dan tak lama kemudian, mengalirlah airmata yang semakin lama semakin deras. gadis itu sangat cantik, kulitnya putih, rambut lurusnya hitam legam bak model iklan shampo, tapi sayang .. dia cengeng.
sebenarnya aku sangat penasaran dengan apa yang dialami oleh gadis itu, seberat apakah masalah yang tengah dihadapinya? sampai-sampai ia menangis setiap hari. ingin sekali rasanya aku menyapa gadis cengeng itu, dan bertanya padanya apa yang telah terjadi. tapi aku takut, gadis itu terlalu jutek. tiap kali aku mencoba menghampiri, gadis itu sudah terlebih dahulu menatap sinis kearahku. menyurutkan niatku untuk menyapanya.
sebenarnya aku sangat penasaran dengan apa yang dialami oleh gadis itu, seberat apakah masalah yang tengah dihadapinya? sampai-sampai ia menangis setiap hari. ingin sekali rasanya aku menyapa gadis cengeng itu, dan bertanya padanya apa yang telah terjadi. tapi aku takut, gadis itu terlalu jutek. tiap kali aku mencoba menghampiri, gadis itu sudah terlebih dahulu menatap sinis kearahku. menyurutkan niatku untuk menyapanya.
Aku dengar dari mang sarman, tukang kebun yang bekerja di villa itu dan tidak lain adalah pamanku, gadis cantik yang cengeng itu adalah putri pemilik Villa Nirwana. dia baru datang dari jakarta dan akan menetap di villa itu. karena kedua orang tuanya menginginkan gadis itu untuk bersekolah dikota ini. tidak banyak cerita yang kudapat dari mang sarman, karena mang sarmanpun memang baru pertama kali bertemu dengan gadis kaya itu.
Aku tak habis pikir, apa yang dirisaukan oleh gadis itu? ia begitu beruntung, terlahir sebagai orang kaya, putri pengusaha ternama yang punya segalanya, dan aku yakin apapun yang diinginkan gadis itu pasti terpenuhi. tidak seperti aku, yang bisa bersekolah karena mendapatkan beasiswa dari pemerintah daerah. kalau aku jadi dia, mungkin aku akan sangat bahagia, aku akan sekolah setinggi-tingginya dan meraih impianku untuk menjadi seorang dokter. Tapi kenapa gadis itu bersedih? apakah semua yang ia miliki tak cukup untuk membuatnya tersenyum? karena pasti ia akan lebih cantik kalau tersenyum.
Rasa ingin tahuku terhadap gadis itu semakin besar, tapi aku tak punya nyali untuk bertanya langsung padanya. aku hanya berani memandanginya dari kejauhan, sampai akhirnya ketiga berandal itu datang mengganggunya. Dengan jurus jutek andalannya gadis itu menghardik para berandalan yang mengganggunya.
tapi para berandalan itu tidak seperti aku yang sudah langsung mundur hanya dengan melihat tatapan sinisnya. ketiga berandal itu justru makin liar, mereka bahkan mencoba menyentuhnya! tanpa sadar aku langsung lari menghampiri mereka dan dengan bermodal ilmu bela diri yang kudapat dari ayah, aku menghajar berandal-berandal itu satu persatu hingga mereka lari tunggang langgang. hihihi, lucunya setelah mereka lari aku baru merasakan lututku gemetar. bagaimana jika tadi mereka yang malah menghabisiku? benar-benar sok pahlawan ya aku ini?
Tapi aku harus berterima kasih pada berandal-berandal itu, sebab karena mereka gadis itu jadi tidak jutek lagi padaku. Aku bisa bicara banyak dengannya dan menanyakan apa yang selama ini hanya ada dalam benakku. setelah mengenalnya lebih dekat, ternyata gadis itu anak yang menyenangkan, ia baik dan ramah. ia banyak bercerita mengenai persoalan yang sedang ia hadapi, yang membuatnya terus menangis. ia curahkan semua yang dialaminya padaku, dan ternyata pandanganku tentang kehidupannya selama ini salah. dia yang kukira beruntung terlahir dikeluarga kaya raya, ternyata tidak bahagia.
Gadis itu tidak pernah mendapatkan apa yang ia mau, seluruh hidupnya sudah diatur oleh kedua orangtuanya, dan ia tak kuasa melawannya. Terlebih sehari sebelum keberangkatannya ke kota ini, kedua orangtuanya memberitahukan padanya bahwa ia sebenarnya bukanlah anak kandung mereka. Mereka mengadopsinya sejak ia lahir 18 tahun silam. sebagai pancingan karena mereka lama tak memiliki anak.
entah kebetulan atau mitos itu memang manjur, dua tahun setelah mengadopsi gadis itu sang ibu pun hamil dan kemudian melahirkan seorang bayi perempuan. semenjak kelahiran bayi itu, sikap kedua orang tuanya mulai berubah, semakin keras dan selalu memaksakan kehendak. kini gadis itu menyadari, kenapa orangtuanya bersikap seperti itu terhadapnya. Ia sangat sedih, tapi ia terlanjur menyayangi kedua orangtuanya itu. Meskipun sangat terpukul, ia tetap sayang kepada mereka dan sangat berterima kasih karena mereka telah membuatnya menjadi seorang anak yang memiliki orang tua dan mendapat kehidupan serta pendidikan yang layak.
Gadis itu terus bercerita sambil menangis, rupanya selama ini ia tidak pernah punya teman untuk mengutarakan semua isihatinya sehingga ia mencurahkan semuanya padaku. saking semangatnya bercerita, sampai-sampai ia lupa menyebutkan namanya. ia baru ingat setelah aku bertanya "maaf, aku harus panggil kamu siapa? kalau kamu bisa panggil aku satria" Gadis itu berhenti menangis dan seketika tertawa, menyadari bahwa kami sebenarnya belum saling kenal. dan dengan senyum manisnya ia menjawab "Aku Carisa, kamu bisa panggil aku Risa"
Ya.. Gadis itu yang kini sedang membaca surat ini. Dia itu kamu risa. semenjak itu, dalam hati kecilku berjanji akan menghapus air matamu dan menorehkan kembali senyum diwajahmu. aku berjanji akan membuatmu selalu tertawa, aku berjanji akan selalu menjagamu, dan menunjukkan padamu bahwa kamu tidak sendiri. Ada aku disampingmu, karena saat itu juga aku jatuh cinta padamu.
Aku tak habis pikir, apa yang dirisaukan oleh gadis itu? ia begitu beruntung, terlahir sebagai orang kaya, putri pengusaha ternama yang punya segalanya, dan aku yakin apapun yang diinginkan gadis itu pasti terpenuhi. tidak seperti aku, yang bisa bersekolah karena mendapatkan beasiswa dari pemerintah daerah. kalau aku jadi dia, mungkin aku akan sangat bahagia, aku akan sekolah setinggi-tingginya dan meraih impianku untuk menjadi seorang dokter. Tapi kenapa gadis itu bersedih? apakah semua yang ia miliki tak cukup untuk membuatnya tersenyum? karena pasti ia akan lebih cantik kalau tersenyum.
Rasa ingin tahuku terhadap gadis itu semakin besar, tapi aku tak punya nyali untuk bertanya langsung padanya. aku hanya berani memandanginya dari kejauhan, sampai akhirnya ketiga berandal itu datang mengganggunya. Dengan jurus jutek andalannya gadis itu menghardik para berandalan yang mengganggunya.
tapi para berandalan itu tidak seperti aku yang sudah langsung mundur hanya dengan melihat tatapan sinisnya. ketiga berandal itu justru makin liar, mereka bahkan mencoba menyentuhnya! tanpa sadar aku langsung lari menghampiri mereka dan dengan bermodal ilmu bela diri yang kudapat dari ayah, aku menghajar berandal-berandal itu satu persatu hingga mereka lari tunggang langgang. hihihi, lucunya setelah mereka lari aku baru merasakan lututku gemetar. bagaimana jika tadi mereka yang malah menghabisiku? benar-benar sok pahlawan ya aku ini?
Tapi aku harus berterima kasih pada berandal-berandal itu, sebab karena mereka gadis itu jadi tidak jutek lagi padaku. Aku bisa bicara banyak dengannya dan menanyakan apa yang selama ini hanya ada dalam benakku. setelah mengenalnya lebih dekat, ternyata gadis itu anak yang menyenangkan, ia baik dan ramah. ia banyak bercerita mengenai persoalan yang sedang ia hadapi, yang membuatnya terus menangis. ia curahkan semua yang dialaminya padaku, dan ternyata pandanganku tentang kehidupannya selama ini salah. dia yang kukira beruntung terlahir dikeluarga kaya raya, ternyata tidak bahagia.
Gadis itu tidak pernah mendapatkan apa yang ia mau, seluruh hidupnya sudah diatur oleh kedua orangtuanya, dan ia tak kuasa melawannya. Terlebih sehari sebelum keberangkatannya ke kota ini, kedua orangtuanya memberitahukan padanya bahwa ia sebenarnya bukanlah anak kandung mereka. Mereka mengadopsinya sejak ia lahir 18 tahun silam. sebagai pancingan karena mereka lama tak memiliki anak.
entah kebetulan atau mitos itu memang manjur, dua tahun setelah mengadopsi gadis itu sang ibu pun hamil dan kemudian melahirkan seorang bayi perempuan. semenjak kelahiran bayi itu, sikap kedua orang tuanya mulai berubah, semakin keras dan selalu memaksakan kehendak. kini gadis itu menyadari, kenapa orangtuanya bersikap seperti itu terhadapnya. Ia sangat sedih, tapi ia terlanjur menyayangi kedua orangtuanya itu. Meskipun sangat terpukul, ia tetap sayang kepada mereka dan sangat berterima kasih karena mereka telah membuatnya menjadi seorang anak yang memiliki orang tua dan mendapat kehidupan serta pendidikan yang layak.
Gadis itu terus bercerita sambil menangis, rupanya selama ini ia tidak pernah punya teman untuk mengutarakan semua isihatinya sehingga ia mencurahkan semuanya padaku. saking semangatnya bercerita, sampai-sampai ia lupa menyebutkan namanya. ia baru ingat setelah aku bertanya "maaf, aku harus panggil kamu siapa? kalau kamu bisa panggil aku satria" Gadis itu berhenti menangis dan seketika tertawa, menyadari bahwa kami sebenarnya belum saling kenal. dan dengan senyum manisnya ia menjawab "Aku Carisa, kamu bisa panggil aku Risa"
Ya.. Gadis itu yang kini sedang membaca surat ini. Dia itu kamu risa. semenjak itu, dalam hati kecilku berjanji akan menghapus air matamu dan menorehkan kembali senyum diwajahmu. aku berjanji akan membuatmu selalu tertawa, aku berjanji akan selalu menjagamu, dan menunjukkan padamu bahwa kamu tidak sendiri. Ada aku disampingmu, karena saat itu juga aku jatuh cinta padamu.
Tiga bulan kemudian aku beranikan diri menyatakan cinta padamu. itu partama kalinya aku nembak seseorang, grogi, takut, malu, semua campur aduk jadi satu. tapi semua itu sirna ketika aku melihat senyummu diiringi anggukan kepala, menandakan kamu mau jadi kekasihku. ternyata kamu memiliki perasaan yang sama terhadapku, aku senaaang sekali Risa..
Tiga tahun kita bersama, menjalin cinta yang begitu indah. tak lagi kulihat tangis diwajahmu. aku sangat bahagia ketika kau bilang kau bahagia karena aku. sampai akhirnya kabar itu datang, dan airmata kembali menghiasi wajah cantikmu. sebenarnya bukan hanya kamu saja risa, akupun begitu. aku teramat sakit mendengar berita itu, akupun merasakan kepedihan yang sama sepertimu. tapi aku tidak boleh lemah, aku berjanji akan menjagamu, kalau aku lemah lalu siapa yang akan menguatkanmu? makanya, aku selalu berusaha membuatmu tersenyum kembali dan melupakan sejenak fakta yang ada. Kenyataan pahit bahwa kamu dijodohkan oleh rekan kerja ayahmu yang sudah tua hanya demi kepentingan bisnis.
Aku marah Risa, aku MARAH! aku marah pada ayahmu, tapi aku tak bisa berbuat apa-apa. Kamu pun begitu, kamu tak bisa menentang kehendak kedua orangtuamu. Aku mengerti, sangat mengerti. Meski pahit, kita harus menerima kenyataan ini. mungkin ini takdir kita. Aku mencoba berbesar hati, dan mengalihkan hubungan kita dari sepasang kekasih menjadi sahabat. hubungan kekasih mungkin akan putus, tapi sahabat akan selalu ada, Risa. dan aku berjanji akan tetap menjagamu meski hanya sebagai sahabat.
Malam ini malam perpisahan kita, besok kamu akan menikah dengan lelaki tua pilihan kedua orangtuamu. dan kamu minta aku menulis surat untukmu dihari terakhir kita bertemu. Aku tak tau apa maksudmu dibalik semua ini, bukankah kita masih bisa bertemu, walaupun kau telah menikah? kita masih sahabatkan? Tapi aku tidak ingin benyak bertanya, aku ikuti saja apa yang menjadi keinginanmu, selama itu membuatmu bahagia.
Aku tak tau harus bicara apa lagi, sepertinya suratku sudah cukup panjang. Aku tau apa yang kamu rasakan saat ini, ini cobaan terberat yang akan kamu jalani sepanjang hidupmu. Jangan bersedih Risa, hapus airmatamu. Sebagai sahabat, aku akan selalu ada kapanpun kamu membutuhkan aku. Kamu tau tidak, kalau sahabat itu seperti bintang? kamu mungkin tidak bisa selalu melihat bintang, tapi kamu tau pasti bintang itu selalu ada disana. Akulah bintangmu Risa.
Kuharap Kau Bahagia...
Satria
Titip jawaban untuk satria
Dear Satriaku...
Terimakasih sudah memenuhi permintaanku. Aku tau kau tak pandai berkata-kata, tapi bagiku surat yang baru saja kubaca adalah surat dengan kalimat terindah yang pernah aku terima.
Terimakasih satria, telah memberikan kebahagiaan dalam hidupku. meski singkat, namun sangat berarti bagiku. terimakasih telah mengembalikan senyum diwajahku tiga tahun lalu. disaat aku terpuruk karena mengetahui bahwa ayah dan Ibu bukanlah orangtua kandungku.
Terimakasih telah menghajar para berandalan itu dengan tangan besimu, kamu hebat sekali waktu itu. seperti ksatria di film-film laga, hihihi.. kau memang ksatriaku. Dan selama tiga tahun terakhir terus menjadi ksatriaku. Terimakasih telah menjagaku sepenuh jiwamu. terimakasih telah menjadi Bintangku...
Maafkan aku telah mengecewakanmu. Maafkan aku telah mengambil jalan ini tanpa memberitahumu terlebih dahulu. karena jika kau tau, kau pasti akan mencegahku. Aku tak ingin mengakhiri hidupku seperti ini, karena pasti akan membuatmu kecewa dan sedih. tapi aku tak sanggup lagi sat...
Aku tak sanggup menahan semua beban ini, apalagi aku harus menjalani sisa hidupku bersama lelaki tua hidung belang yang sama sekali tidak aku cintai. tapi aku tak kuasa melawan kehendak ayah dan Ibu, mereka sudah terlalu baik mau mengadopsiku dan memenuhi semua kebutuhanku.
Cobaan seberat apapun mungkin bisa aku lewati, asalkan bersamamu. tapi kini, aku harus menanggung beban seumur hidupku tanpa kau disisiku. aku tak bisa sat, aku tak sanggup, akhirnya aku memutuskan untuk mengakhiri hidupku dengan melompat dari jembatan gantung tempat kita terakhir kali bertemu malam itu.
Terimakasih satria, telah memberikan kebahagiaan dalam hidupku. meski singkat, namun sangat berarti bagiku. terimakasih telah mengembalikan senyum diwajahku tiga tahun lalu. disaat aku terpuruk karena mengetahui bahwa ayah dan Ibu bukanlah orangtua kandungku.
Terimakasih telah menghajar para berandalan itu dengan tangan besimu, kamu hebat sekali waktu itu. seperti ksatria di film-film laga, hihihi.. kau memang ksatriaku. Dan selama tiga tahun terakhir terus menjadi ksatriaku. Terimakasih telah menjagaku sepenuh jiwamu. terimakasih telah menjadi Bintangku...
Maafkan aku telah mengecewakanmu. Maafkan aku telah mengambil jalan ini tanpa memberitahumu terlebih dahulu. karena jika kau tau, kau pasti akan mencegahku. Aku tak ingin mengakhiri hidupku seperti ini, karena pasti akan membuatmu kecewa dan sedih. tapi aku tak sanggup lagi sat...
Aku tak sanggup menahan semua beban ini, apalagi aku harus menjalani sisa hidupku bersama lelaki tua hidung belang yang sama sekali tidak aku cintai. tapi aku tak kuasa melawan kehendak ayah dan Ibu, mereka sudah terlalu baik mau mengadopsiku dan memenuhi semua kebutuhanku.
Cobaan seberat apapun mungkin bisa aku lewati, asalkan bersamamu. tapi kini, aku harus menanggung beban seumur hidupku tanpa kau disisiku. aku tak bisa sat, aku tak sanggup, akhirnya aku memutuskan untuk mengakhiri hidupku dengan melompat dari jembatan gantung tempat kita terakhir kali bertemu malam itu.
Tolong aku satria... berhenti menangis di pusaraku, aku mohon... bangkitlah sat! Jalani hidupmu seperti dulu, rajutlah kembali cinta kasih bersama seseorang yang lebih baik dariku. aku yakin, yang terbaik telah menantimu, kau hanya tinggal menjemputnya. percayalah.
Kini aku terjebak entah dimana, yang jelas gelap sekali disini, pengap sekali rasanya. Aku benar-benar tersiksa dan aku semakin tersiksa melihatmu seperti ini. kumohon, tolonglah aku...
Sekali lagi, maafkan aku Satria... semua sudah terjadi dan tak mungkin kembali. aku harap, suatu saat kau membaca suratku ini dan memenuhi permintaanku (lagi). aku tau, kau pasti menuruti apa saja yang aku minta kan? kau pasti takkan membiarkanku tersiksa dengan segala ratapan-ratapanmu. kau pasti mau menolongku...
Yang selalu mencintaimu,
Carisa
*Kisah ini kutulis untuk sahabat "tak terlihat" ku
Carisa & Satria